Senin, 08 September 2014

10 TAHUN MELAWAN LUPA

10 Tahun Melawan Lupa



  




Pada Minggu, 7 September 2014, Omah Munir yang berada di Jln. Bukit Berbunga, Batu, menyelenggarakan serangkaian acara untuk memperingati sepuluh tahun wafatnya Munir  Said Thalib. Seorang pembela HAM yang sampai saat ini kasusnya belum terungkap hingga menjadi perhatian tingkat internasional.

Komunitas Omah Munir – Museum  Hak Asasi Manusia (HAM), menyelenggarakan acara yang melibatkan generasi muda, seniman, sineas, aktivis, para stand-up comedian, dan masyarakat Kota Batu. “Munir ada dan berlipat ganda” kembali lagi diselenggarakan yang bertujuan kepada masyarakat sekitar serta generasi untuk terus berjuang dalam membela kebenaran.

“Munir hanyalah penanda untuk melakukan perubahan, yaitu untuk melakukan perubahan yang luar biasa.” Sebagian kalimat sambutan dari Mas Lutfi sebagai pihak Omah Munir.

Acara inti dari serangkaian acara Omah Munir tersebut berlangsung mulai pukul 13.00 WIB. Dibuka oleh penampilan Swara Akustika dan diiringi dengan pembacaan puisi oleh Denny Miswar, seorang penyair Malang. Sambutan dari Omah Munir dan sahabat Munir juga turut serta. Dilanjutkan dengan penampilan dari para stand-up comedian yang merupakan kompetisi yang bertema HAM dalam acara tersebut yang dijurii oleh Butet Kertarejasa, Ernest Prakarsa, dan Arie Kriting.

Tak ketinggalan pula Arie Kriting dan Ernest Prakarsa tampil sebagai  stand-up comedian untuk menghibur para undangan di sana. Setelah pengumuman pemenan stand-up comedian, para undangan disuguhi langsung oleh Glenn Fredly dengan lagu “Di Udara” yang membuat suasana di Omah Munir semakin akrab dan mengesankan. Sesi tersebut diakhiri oleh Butet Kertarejasa dengan menampilkan sebuah monolong berjudul “Pembunuh Munir” karya Seno Gumira Ajidarma.

“Acara ini bertujuan untuk me-refresh ingatan, mengingatkan bahwa masih ada permasalahan yang belum terselesaikan. Omah Munir ini adalah tempat untuk berkreasi dan belajar. Dan pesan untuk generasi mudah yaitu belajar.” Ungkap Butet Kertarejasa saat diwawancarai usai tampil monolog.

Omah Munir memang saat ini merupakan tempat belajar untuk semua warga yang ada di sekitar maupun komunitas lain berupa kegiatan-kegiatan yang tentunya masih sesuai dengan HAM. Omah Munir pula juga bukan sekedar tempat orasi melainkan sebagai tempat untuk berkreasi. Hal ini sangat diakui oleh Butet Kertarejasa meski beliau masih pertama kali mengikuti acara ini.


Selanjutnya, pemutaran film Munir dan film Kamis ke 300 dan diskusi dengan tema “Film dan Perjuangan Melawan Lupa” sebagai media pengungkapan kebenaran dan melawan lupa dengan pembicara: Riri Reza, Mira Lesmana, Nia Dinata, Angga Dwimas Sasongko dan moderator Ucu Agustin sebagai penutup acara memperingati 10 tahun wafatnya Munir. Berakhirlah acara tersebut sekitar pukul sepuluh malam, kebersamaan di Omah Munir dirasakan semua para undangan maupun para pengisi acara dalam suasana yang akrab dan sangat mengesankan.







1 komentar: