10 Tahun Melawan Lupa
Pada Minggu, 7 September 2014, Omah
Munir yang berada di Jln. Bukit Berbunga, Batu, menyelenggarakan serangkaian
acara untuk memperingati sepuluh tahun wafatnya Munir Said Thalib. Seorang pembela HAM yang sampai
saat ini kasusnya belum terungkap hingga menjadi perhatian tingkat
internasional.
Komunitas Omah Munir – Museum Hak Asasi Manusia (HAM), menyelenggarakan
acara yang melibatkan generasi muda, seniman, sineas, aktivis, para stand-up comedian, dan masyarakat Kota
Batu. “Munir ada dan berlipat ganda” kembali lagi diselenggarakan yang bertujuan
kepada masyarakat sekitar serta generasi untuk terus berjuang dalam membela
kebenaran.
“Munir hanyalah penanda untuk melakukan
perubahan, yaitu untuk melakukan perubahan yang luar biasa.” Sebagian kalimat
sambutan dari Mas Lutfi sebagai pihak Omah Munir.
Acara inti dari serangkaian acara Omah
Munir tersebut berlangsung mulai pukul 13.00 WIB. Dibuka oleh penampilan Swara
Akustika dan diiringi dengan pembacaan puisi oleh Denny Miswar, seorang penyair
Malang. Sambutan dari Omah Munir dan sahabat Munir juga turut serta.
Dilanjutkan dengan penampilan dari para stand-up
comedian yang merupakan kompetisi yang bertema HAM dalam acara tersebut
yang dijurii oleh Butet Kertarejasa, Ernest Prakarsa, dan Arie Kriting.
Tak ketinggalan pula Arie Kriting dan
Ernest Prakarsa tampil sebagai stand-up comedian untuk menghibur para
undangan di sana. Setelah pengumuman pemenan stand-up comedian, para undangan disuguhi langsung oleh Glenn
Fredly dengan lagu “Di Udara” yang membuat suasana di Omah Munir semakin akrab
dan mengesankan. Sesi tersebut diakhiri oleh Butet Kertarejasa dengan menampilkan
sebuah monolong berjudul “Pembunuh Munir” karya Seno Gumira Ajidarma.
“Acara ini bertujuan untuk me-refresh ingatan, mengingatkan bahwa
masih ada permasalahan yang belum terselesaikan. Omah Munir ini adalah tempat
untuk berkreasi dan belajar. Dan pesan untuk generasi mudah yaitu belajar.”
Ungkap Butet Kertarejasa saat diwawancarai usai tampil monolog.
Omah Munir memang saat ini merupakan
tempat belajar untuk semua warga yang ada di sekitar maupun komunitas lain
berupa kegiatan-kegiatan yang tentunya masih sesuai dengan HAM. Omah Munir pula
juga bukan sekedar tempat orasi melainkan sebagai tempat untuk berkreasi. Hal
ini sangat diakui oleh Butet Kertarejasa meski beliau masih pertama kali
mengikuti acara ini.
Selanjutnya, pemutaran film Munir dan
film Kamis ke 300 dan diskusi dengan tema “Film dan
Perjuangan Melawan Lupa” sebagai media pengungkapan kebenaran dan melawan lupa
dengan pembicara: Riri Reza, Mira Lesmana, Nia Dinata, Angga Dwimas Sasongko
dan moderator Ucu Agustin sebagai penutup acara memperingati 10 tahun wafatnya
Munir. Berakhirlah acara tersebut sekitar pukul sepuluh malam, kebersamaan di
Omah Munir dirasakan semua para undangan maupun para pengisi acara dalam
suasana yang akrab dan sangat mengesankan.